Rabu, 05 Maret 2014

PERLU MENGETAHUI KEKUATAN DIRI





UKURLAH KEMAMPUAN DIRI

Ibnu Umar  berkata bahwa Rasulullah saw sambil memegang pundaknya bersabda, “ Hendaklah kamu di dunia ini seakan – akan kamu seorang pengembara atau seorang yang lewat di jalan” Ibnu Umar berkata, “ Apabila kamu telah memasuki waktu sore janganlah mengharapkan waktu pagi. Dan apabila kamu memasuk waktu pagi, janganlah kamu mengharapkan waktu sore; gunakanlah kesehatanmu itu untuk sakitmu, dan hidupmu untuk matimu. ( HR Bukhari )

Rasulullah saw bersabda, “ Gunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima perkara yaitu 1. masa mudamu sebelum masa tuamu ; 2. Masa sehatmu sebelum masa sakitmu ; 3. Masa kecukupanmu sebelum fakirmu ; 4. Masa kosongmu sebelum sibukmu; 5. Masa hidupmu sebelum matimu,

Seisi alam semesta ini akan hancur, akan musnah, akan termasuk semua kenikmatan dunia akan lenyap dan hangus, kecuali Allah. Sebagaimana firman Allah di dalam QS Ar Rahman ayat 26 – 27 yaitu :

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ [٥٥:٢٦]
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ [٥٥:٢٧]
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Melalui Hadits ini Rasulullah saw memperkuat dengan ke dua ayat dari surat Ar Rahman tersebut memperingatkan kita semua agar :
1.    Mengetahui bahwa apa yang ada di dunia ini akan hancur, yng bernyawa akan binasa, kecuali Allah Yang Maha Besar lagi Maha Mulia, Dia tetap kekal abadi. Oleh karena itu kalau untuk berbuat kebaikan sebaiknya jangan ditunda-tunda, segeralah laksanakan.
2.    Waktu itu adalah peluang atau kesempatan, maka manfaatkanlah setiap kesempatan, setiap peluang yang ada itu untuk hal-hal yang baik.
3.    Mumpung masih muda carilah bekal sebanyak-banyaknya sebelum tua ( yang pasti semuanya serba lemah, fisiknya, akal fikirannya, tenaganya dll, semuanya sudah tidak fit lagi )
4.    Mumpung masih sehat, kuat, mata masih tajam pandangannya, telinga masih awas pendengarannya, akalnya masih cerdas untuk berfikir, manfaatkan semuanya itu sebelum semuanya menjadi berkurang.
5.    Berbuatlah sesuatu dengan melakukan berderma terhadap orang lain, jangan kikir, jangan takut akan kelaparan, sebelum berubah menjadi miskin, gak punya apa-pa dn jadi miskin beneran.
6.    Jadikan hidup itu indah untuk menuju keindahan yang asli yaitu akhirat. Sungguh kehidupan akhirat itu akan lebih indah dari kehidupan dunia. Keindahan di akhirat ini yang belum pernah terlihat oleh mata, belum terdengan oleh telinga dan belum pernah dirasakan oleh hati serta belum pernah terbayangkan oleh akal fikiran kita.

MANUSIA SEBAGAI SUMBER DAYA





POTENSI PENDUDUK SUATU NEGARA

Jumlah penduduk di suatu negara akan bisa menjadi suatu potensi yang luar biasa apabila para penduduknya memiliki sdm yang cukup memadai. Akan tetapi bisa saja terjadi sebaliknya bahaya mengancam negara apabila para penduduknya tidak punya potensi, tidak mau mengembangkan dirinya berniat untuk maju.

Apalagi Indonesia yang beraneka macam budaya dan tingkat kehidupan yang beraneka ragam, dengan kekuatan yang masing-masing dimilikinya, waow sungguh, suatu kekuatan yang amat luar biasa, apabila setiap individu mau menumbuh kembangkan pribadinya masing-masing

Dunia atau negara ini laksana kebun yang dihiasi dengan lima macam yaitu 1. Ilmunya ulama ; 2. Adilnya para penguasa ; 3. Ketekunan ibadah umat beragama ; 4. Kejujuran para pedagang dan para penguasa ; 5. Disiplin para pelaksana pemerintahan.

Apabila ulama benar-benar berfungsi sebagai pembimbing umat ,  para penguasa sebagai pengayom dan pelindung umat, segala lapisan beribadah dengan baik, saling doa mendoakan , para pedagang dan pengusaha berlaku jujur yang mementingkan kualitas dan servis yang memuaskan, para pegawai berlaku disiplin dan mementingkan tugas  ;sepi ing pamrih rame ing gawe  , maka sungguh akan sangat mempesona. Segala saling iri dan dengki akan lenyap, saling mencurigai akan hilang, ketentraman dan kedamaian akan segera dapat dinikmati.

Marilah kita tumbuh kembangkan potensi kita masing-masing, berbuat dengan sebaik-baiknya, baik para cendekiawan maupun ulama, para pedagang maupun pengusaha, rakyat maupun penguasa, para pendidik maupun penyelenggaran kependidikan, para karyawan maupun pekerja, bekerja bersama-sama, berat sama dijinjing, ringan sama dipikul, kita belajar hidup sama rata dan sama rasa, bergotong royong, untuk mengangkat

negeri ini di kancah dunia, agar bisa sederajat dengan bangsa bangsa lain.




Senin, 03 Maret 2014

DEMOKRASI MENURUT FAHAM TAMANSISWA




DEMOKRASI MENURUT FAHAM TAMANSISWA

Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan bangsa Indonesia berideologi Pancasila. Maka dari itu  sebagai bangsa Indonesia kita wajib berpegang teguh kepada Pancasila dan wajib mewujudkan demokrasi Pancasila.

Arti pokoknya terungkap melalui sila keempat yaitu “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan “. Demokrasi demikian itu harus dapat diwujudkan dalam segala aspek kehidupan manusia seperti, politik sosial, ekonomi, kebudayaan, pertahanan keamanan, pendidikan dan sebagainya.

Disamping faham dan pengertian demokrasi Pancasila tersebut, sebagai ” demokrasi dan kepemimpinan”. Faham demokrasi seperti ini bersumber kepada gagasan Ki Hajar Dewantara tentang demokrasi yaitu “ democratie en leiderschap “, suatu demokrasi yang jauh dari asas individualisme – liberalisme, dan tidak memutlakkan kemenangan jumlah suara ( seperdua lebih satu ) dalam suatu pemungutan suara.

Demokrasi Ki Hajar ini pada waktunya sempat mengilhami Presiden R.I pertama Bung Karno, untuk menanamkan “demokrasi Pancasila “ sebagai “ demokrasi terpimpin “. Kemungkinan hal itu ditarik dari predikat “ demokrasi dan kepemimpinan”, yang untuk singkatnya menjadi “ demokrasi terpimpin”.

Pada awalnya tidak pernah terfikirkan atau dikhawatirkan orang, bahwa predikat demikian justru akan menjadi penyebab terjadinya pengertian yang kabur tentang demokrasi itu sendiri. Dalam perwujudannya “demokrasi terpimpin” tersebut nyatanya lebih ditekankan pada masalah “ terpimpinnya” sehingga segala sesuatunya selalu menyalur dari atas ( komunikasi satu arah dari atas ) dan bukannya komunikasi yang dialogik ( dua arah ) . 

Situasi dan kondisi yang demikian sempat memberi kesempatan berkembangnya secara leluasa bagi faham komunisme yang dibawa oleh PKI. Hal ini baru dapat dikahiri sejak meletusnya pemberontakan Gerakan 30 September/PKI, pada tahun 1965.

Meneliti kehidupan dan perjuangan Ki Hajar Dewantara, kita dapat segera mengambil kesimpulan, bahwa Ki HajarDewantara adalah salah seorang tokoh yang dalam berfikir, berprilaku dan bertindak selalu menunjukkan sikap demokratis. 

Ki Hajar Dewantara menyadari sepenuhnya betapa berbahayanya demokrasi itu jika dilaksanakan berdasarkan liberalisme. Oleh karena itu Ki Hajar Dewantara mendalami permasalahannya secara seksama, untuk mencari jalan keluar untuk dapat mengurangi sekecil mungkin ( atau menghapusnya ) bahaya liberalisme itu dalam mentrapkan demokrasi bagi rakyat Indonesia. 

Psikologi, aspirasi dan kultur bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa Barat sebagai sumber demokrasi liberal tersebut. Dengan membandingkan berbagai sistem demokrasi yang berlaku di berbagai negara, memperhatikan pula tradisi yang hidup dalam kebudayaan bangsa sendiri, maka Ki Hajar Dewantara sampai pada kesimpulan bahwa demokrasi perlu dipimpin oleh suatu hikmah kebijaksanaan. Agar masyarakat terhindar dari kelobatamakan “ suara terbanyak “. 

Maka dirumuskanlah oleh Ki Hajar Dwantara tentang faham demokrasinya sebagai “ demokrasi dan kepemimpinan”. Di kalangan Tamansiswa pernah terjadi dua pendapat tentang rumusan tersebut; pertama ada yang beranggapan bahwa Ki Hajar merumuskannya “ demokrasi en leiderschap” sedangkan yang kedua “ demokratie met leiderschap”. Akan tetapi menurut Ki Soeratman  Matan Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan tamansiswa ) yang diberi tugas untuk menulis membuat sampul risalah Ki Hajar Dewantara tersebut yang mendapat perintah langsung agar menuliskan “ demokrasi dan kepemimpinan”.