Senin, 17 Februari 2014

KAJI DIRI, KOREKSI DIRI, MAWAS DIRI




APAKAH ARTINYA KELUHAN, PROTES, SUMPAH SERAPAH DI HADAPAN ALLAH ?

Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur ? Wahai orang yang gemar protes, karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan ? Wahai orang yang menangis karena sakit atau karena ditinggalkan kekasih atau orangtuanya meninggal ? Wahai orang yang selalu sumpah serapah karena jabatan diturunkan ? Wahai orang yang berduka karena sedang ditimpa musibah ? Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan yang tidak enak didengar. Sebutkanlah nama Allah Yang Qudus ! Agar anda segera menyadari siapa diri anda ? Dan siapa yang mengatur hidup anda ? Siapakah yang memberi rezki, melapangkan rezki dan menyempitkan rezki anda ? Siapakah yang menolong dan menyelamatkan anda ?

Terutama kita para pamong sebagai abdi Tamansiswa, disaat banyak siswa apakah yang sudah kita lakukan dengan Tamansiswa. Pengabdian ? Pengabdian yang bagaimana bentuknya ? Siapakah yang mengatur banyaknya siswa baru yang mendaftar ke Tamansiswa ? Apakah karena kita banyak siaran di media masa, atau karena para pamongnya sarjana semua ? Siapakah yang membantu semua itu ? Apakah karena merasa dirinya sarjana ? Pola fikirnya yang memang sudah intelek ? Coba renungkan sejenak siapakah yang mambantu semua itu ? 

Sungguh kalau bukan yang membantu para pamong Tamansiswa itu Allah, siapa lagi ? Siapakah yang menggerakkan hati masyarakat kalau bukan Allah ? Siapakah yang melapangkan dan menyempitkan rezki, kalau bukan Allah ? Yang membuat para orang tua tidak lancar membayar SPP itu apakah mereka atau Allah  ? Lalu kalau memang sudah kita sadarai bahwa semuanya itu Allah yang mengaturnya, yang menentukannya, bagaimanakah sikap kita kepada Allah ? Apakah sudah cukup dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah saja ? Lalu bukti konkritnya kepada Allah itu apa ? Sama dengan manusia itu tidak bisa hanya mengaku beriman saja kepada Allah, Allah tetap akan mengujinya ? Mengapa demikian ? Supaya manusia jangan takabur dengan Sarjananya, dengan kedudukannya, dengan jabatannya, dengan pandai bicaranya ? Jadi bukti konkrit saat siswanya berlimpah, kepada Allah itu apa ?

Sebaliknya sekarang Tamansiswa sedang sakit, muridnya sedikit, apakah langkah yang telah para pamong lakukan terhadap yang mengatur hidup, yang melapangkan rezki dan yang menyempitkan rezki ? Apakah langkah lahirnya hanya cukup dengan lahiriah saja, yang sudah biasa dilakukan, bikin brosur, pasang pamflet, banner, siaran di radio ? Okey silahkan saja, janganlah menjadi takabur, artinya selama  manusianya belum mau mendekatkan diri kepada Allah secara bersama-sama, berarti sama saja tidak butuh Allah, maka Allah pun akan semakin jauh. Tidak bisa hanya dengan ucapan saja, harus dibuktikan dengan perbuatan.

Tamansiswa lahirnya hebat gedungnya okey banget, pembangunan berjalan terus, sumbangan mengalir terus, bantuan mengalir terus, dari siapakah itu kalau bukan ketetapan Allah, sementara kalau para penghninya masih simpang siur, saling menyalahkan, bukannya saling koreksi diri, saling tuding, bukannya saling bebenah diri, saling merasa menjadi pahlawan sendiri, bukannya saling mawas diri, maka Allah sungguh benar-benar sangat murka terhadap semua itu. Mengapa ? Karena batinnya masih banyak penyakit , sadarlah akan semua ini, angkatlah Tamansiswa itu tinggi-tinggi, obatilah tamansiswa itu dengan mendekati sang Ilahi Rabbi.

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kalau haknya minta dipenuhi, maka kewajibannya juga harus dipenuhi. Kalau dirinya ingin dicukupi segala kebutuhannya oleh Tamansiswa, maka Tamansiswapun minta dicukupi pula kewajibannya.

Semoga dengan tulisan ini dapat membuka semua manusia , khususnya wong Tamansiswa, yang merasa mengabdikan dirinya di Tamansiswa, walaupun hanya sebagai tenaga honorer, apalagi sebagai  pengurus dan pengelola yayasannya. Aaaamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar