SUWARDI SURYANINGRAT DI
BELANDA ( NEGERI TEMPAT PEMBUNGANNYA )
Keberadaan Suwardi
Suryaningrat Di negeri pembuangan ( Belanda )
juga tidk merubah pendiriannya sebagai wartawan pejuang dan politisi
yang berwatak. Pers nasional yang saat itu sedang mencari bentuk, menemukan
identitas yang baru yaitu yang telah ditunjukkan oleh Suwardi Suryaningrat.
Sebagai wartawan bukan saja beliau pandai dan mahir menggoreskan ujung pena,
akan tetapi beliau juga telah memanfaatkan secara optimal media perssebagai alat
perjuangan untuk membentuk opini publik guna melawan pemerintah kolonial
Belanda.
Dijebloskannya beliau ke
penjara karena tulisannya, sekaligus merupakan penobatan beliau sebagai
wartawan pejuang dan peletak dasar-dasar dan identitas dai pers nasional yang berwawasan perjuangan,
disamping nama-nama seperti RM Tirto Adisuryo, Abdul Muis, Dr.Douwes Dekker,
Abdul Rivai, Marco Kartodikromo, Bintarti dan lain-lainnya.
Kemahiran Ki Hajar Dewantara
untuk memainkan ujung penanya, kelak menjadi modal dasar yang amat berharga
dalam menempuh karir beliau sebagai pejuang bagi bangsanya, bahkan ketika
beliau harus merumuskan gagasan, pokok-pokok pikiran daan ide-idenya mengenai
pelbagai masalah mendasar tentang pendidikan, kebudayaan dan kemasyarakatan.
Sesungguhnya Ki Hajar
Dewantara telah menerjunkan dirinya ke dalam medan juang, bukan dengan jalan
mengangkat pedang atau senapan seperti ketika Sultan Agung melawan Kompeni di
Batavia atau sepeti saat Pangeran Diponegoro melawan Jendral de Kock. Akan
tetapi pada awal karirnya, beliau berjuang dengan cara mengangkat ujung pena.
Kecintaan teman-teman Ki Hajar
dewantara terhadap beliau di negeri Belanda memberinya julukan : Sang
Aristokrat yang merakyat, kepada rakyat yang tertindas, kerelaanya dan
keikhlasannya untuk berkorban demi kebenaran, keadilan, kemanusiaan,
kemerdekaan dan kejayaan bangsanya, agaknya merupakan sumber gagasan, ide,
pokok-pokok pikiran, inspirasi dan aspirasi yang seakan tidak pernah kering.
Gagasan dan pokok piikiran
mengenai kemerdekaan bangsanya, dan kecamannya terhadap setiap penindasan dan
perkosaan terhadap kemanusiaan, bukan hanya dilontarkan lewat pidato-pidato
saja, akan tetapi juga diguratkan melalui ujung pena. Bahkan pada akhirnya
melahirkan karya-karya yang monumental.
Suatu karya yang gagasan, ide
, pikiran, jiwa serta semangat yang dikandungnya, mampu mempengaruhi sikap dan
perilaku jutaan orang. Bahkan mampu menembus keterbatasan dimensi waktu dan
ruang, melintasi berbagai zaman dan generasi.
Dan nampaknya, buh pikiran dan
gagasan Ki Hajar Dewantara, akan tetap menjadi sumber inspirasi dan aspirasi
bagi bangsa yang tengah bergulat dengan hingar bingarnya pembangunan, menuju
masyarakat tertib damai salam dan bahagia, adil mamur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Insya Allah.
Sumber : Ki Anwar Haja dalam 100
th hari lahir Ki Hajar Dewantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar