JOSE RIZAL DAN KI HAJAR
DEWANTARA
Dan agaknya, peranan Jose
Rizal di tanah air kita, hanya dapat ditandingi oleh Ki Hajar Dewantara yang
oleh Bung Karno juga pernah disebut-sebut sebagai Bapak nasionalis bangsa
Indonesia.
Seperti halnya Jose Rizal, Ki
Hajar Dewantara adalah juga seorang wartawan, ahli sastra Jawa, politikus,
budayawan, pendidik, seorang analis kimia dan kandidat dokter alumni Stovia-
walaupun tidak selesai- , pendiri serta pencipta Perguruan Tamansiswa yang kita
cintai. Tentu saja saat Jose Rizal menghembuskan nafasnya yang penghabisan. Ki
Hajar Dewantara masih seorang siswa ELS
( Europe Large School ) yang masih senang bermain-main di sekitar pura Pakualaman..
Akan tetapi
dalam pentas sejarah bangsa Indonesia di awal-awal abad ini, situasi yang
hampir sama dialami oleh Ki Hajar Dewantara yang ketika itu masih bernama
Suwardi Suryaningrat, seorang wartawan pejuang dan politisi berwatak yang tengah
meniti tangga karir sebagai pejuang bagi bangsanya di kota Bandung.
Karena tulisan-tulisannya yang
lahir melalui ketajaman goresan ujung penanya , terpaksa suatu saat beliau
dijebloskan ke dalam penjara. Dari balik jeruji penjara yang pengap dan kotor,
karena ruang penjara itu lebih mirip sebagai liang tikus daripada sebuah ruang
tahanan seorang politisi, beliau sempat menulis surat kepada sahabatnya Douwes
Dekker.
“ Tanah air kita, meminta
korban. Dan disinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya. Tak
sekejap matapun, kita akan kehilangan jiwa satria kita ..... Kita pun tak akan
mundur setapak. Karena yang bernama ksatria itu hanya berbicara satu kali.
Sekali inilah korban yang
besar dan yang sungguh diperlukan keberanian . Sungguh, korban dengan ragamu sendiri
adalah korban yang paling ringan.......Memang awan tebal dan hitam menggantung
di atas kita. Akan tetapi percayalah, dibaliknya masih ada matahari yang
bersembunyi dan yang dengan setia menjaga dan mengawalnya. Kapan hujan akan
turun dan udara menjadi bersih karenanya ?
Dari surat edaran tersebut
nampak oleh kita, bahwa seperti halnya Jose Rizal, bagi Suwardi Suryaningrat,
maut bukanlah sesuatu yang menakutkan dan merupakan pengorbanan yang mulia bagi
seorang patriot sejati, karena itu semua demi kemerdekaan tanah airnya.
Akan tetapi, rupanya
masing-masing pejuang bangsa serumpun itu, harus menempuh jalan hidupnya
sendiri-sendiri. Jika Jose Rizal harus menutup mata untuk selama-lamanya
sebelum dia sempat menyaksikan kemerdekaan bangsanya, maka Ki Hajar Dewantara
untuk mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kemerdekaan bangsanya, tidak hanya
perintisan di bidang pendidikan yang
berwawasan kebudayaan dan berwatak kebangsaan. Akan tetapi juga perintisan di
bidang organisasi sosial politik yang berwawasan kebangsaan dan perintisan di
bidang pers nasional yang berwawasan perjuangan.
Apabila kita ingin kenal siapa Ki Hajar Dewantara maka kenalilah ajarannya. sama seperti kalau kita ingin kenal Nabi Muhammad saw maka kenalilah tuntunannya atau ajarannya.
BalasHapus