Selasa, 11 Februari 2014

TRILOGI KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA


 Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia itu tujuannya untuk menjadi pemimpin ( khalifah ). Bagaimana akan bisa memimpin orang lain kalau memimpin dirinya sendiri saja belum mampu.
Dan di zaman sekarang ini banyak yang berlomba-lomba ingin menjadi pemimpin. Apapun caranya dilakukan, agar tujuannya bisa terlaksana, sampai dengan cara yang curang pun dilakukan demi terwujudnya yang menjadi impian.

Orang yang semacam ini berarti terlalu memaksakan kehendak. Orang yang memaksakan kehendak berarti sebelum jadi pemimpin itu sudah punya angan-angan. Sedangkan angan-angan itu adalah kerjaan setan. Kalau setan selalu ngajaknya itu dengan memperturutkan hawa nafsu, 

Akhirnya langkah berikutnya seandainya dia jadi pemimpin, maka pasti banyak perbuatan zalim akan dilakukan dengan alasan kepentingan rakyat banyak. Padahal dari yang didapatnya itu yang dibagikan ke rakyat itu hanya sebagian kecil saja, lalu yang lainnya kemana ? 

Terutama untuk dirinya sendiri, keluarganya dan baru ke golongannya yang bisa medukung kepemimpinannya agar tetap lestari. Artinya bagaimanakah caranya agar masa kepemimpinannya saat menjelang habis mulai dilakukan usaha-usaha agar dia bisa terpilih lagi, atau kalaupun bukan dia , paling tidak yang masih menjadi kelompoknya.

Untuk masalah kepemimpinan, jauh-jauh hari Ki Hajar Dewantara sudah memeras otaknya untuk berfikir, bagaimanakah caranya agar tercipta seorang pemimpin yang baik dan benar berdasarkan pengalaman hidup yang telah beliau rasakan selama masa penjajahan Hindia belanda.

Dan dari hasil pemikirannya itu Ki Hajar Dewantara telah menciptakan Trilogi Kepemimpinan. Apabila ingin tercipta suatu pemimpin yang baik dan benar serta memiliki tanggung jawab yang besar terutama terhadap dirinya sendiri, lebih-lebih lagi terhadap bangsa dan negara, maka seorang pemimpin harus berprilaku
a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( di depan menjadi suri teladan yang baik dan benar )
b. Ing Madyo Mangun Karso ( di tengah dapat membangkitkan semangat orang banyak )
c. Tutwuri Handayani ( di belakang dapat mengawasi, mengoreksi sekaligus mengarahkan orang banyak sehingga mereka itu bisa menjadi suatu masyarakat yang mandiri, tidak bergantung kepada orang lain ) . Kepemimpinan yang demikian ini sifatnya demokratis dan merupakan wujud dari sikap dan prilaku among. 

Negara Indonesia ini sungguh berpenduduk yang sangat besar jumlahnya. Apabila masing-masing penduduk memiliki potensi dan keahlian yang profesional di bidangnya, maka akan menjadi suatu kekuatan yang sangat luarbiasa besarnya. Sebaliknya apabila bangsa Indonesia itu hanya hidup ala kadarnya saja, tidak ada minat untuk mengembangkan dirinya, maka jangan salahkan siapa-siapa, akan tetapi harus menyalahkan dirinya sendiri kenapa tidak ingin maju dan berkembang? Akibatnya sungguh akan menjadi petaka yang besar, kejahatan akan semakin merajalela, hukum rimba akan berlaku artinya yang kuat akan menindas yang lemah, kekacauan dimana-mana, hukum banyak dilanggar, aturan agama disepelekan, amanat Tuhan Yang Maha Esa dilalaikan.

Semoga bangsa Indonesia akan bangkit dari keterpurukan semua ini lahir dan batin. Lahirnya tercukupi dan batinnya terpenuhi, sehingga suatu masyarakat adil makmur, tertib damai salam dan bahagia akan terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar