KI HAJAR DEWANTARA DENGAN PERS
NASIONAL.
Jika Pers Nasional kita dewasa
ini menyatakan dirinya sebagai pers perjuangan, maka landasan yang merupakan
ciri dan identitas pers nasional itu, yang meletakkan dasar-dasarnya adalah Ki
Hajar Dewantara pada awal karir beliau sebagai wartawan pejuang.
Pada waktu beliau dijebloskan
ke dalam penjara di kota Bandung, status beliau belum sebagai pendidik. Posisi
beliau pada saat itu baru sebagai wartawan pejuang dan politisi yang berwatak.
Bahkan saat beliau di buang ke negeri Belandapun, beliau adalah sebagai seorang
wartawan dan politisi yang beraliran nasionalis radikal.
Karir kewartawanan Ki Hajar
Dewantara, sebenarnya diawali saat beliau pindah sebagai analis kimia di pabrik
gula Kalibagor, Banyumas ke apotik Rathkamp di Yogyakarta. Dan dari sinilah
perhatian beliau terhadap dunia kewartawanan mulai berkembang.
Saat itu beliau
sambil bekerja, juga merangkap sebagai
koresponden surat kabar Midden Java, Sedyotomo, Oetoesan Hindia dan De Express.
De Express merupakan surat kabar yang diterbitkan oleh Dr. Douwes Dekker,
seorang wartawan Eropah keturunan Indo yang masih kerabat jauh Multatuli yang
kita kenal dengan nama Max Havelaarnya. Sedangkan surat kabar Oetoesan Hindia,
merupakan surat kabar yang terbit di Surabaya dan diterbitkan oleh Cokro
Aminoto.
Bakat kewartawanan Ki Hajar
Dewantara atau Suwardi Suryaningrat ini tidak lepas dari pengamatan Douwes
Dekker, lalu Douwes Dekker mengajak beliau ke Bandung untuk bersama-sama
mengelola De Express. Perkembangan pers pada zaman itu belum semaju seperti sekarang
ini.
Cikal bakal pers nasional sedang mencari bentuk, ciri dan identitas.
Perintisan perjuangan pergerakkan bangsa Indonesia ke arah kemerdekaan pada
awal ini agaknya perlu diamati. Ternyata seiiring dengan kegiatan perintisan di
bidang pers dan jurnalistik, organisasi-organisasi sosial politik dan
lembaga-lembaga pendidikan mulai
dikelola oleh orang-orang pribumi.
Maka nampaklah aspirasi kebangsaan
dan harapan akan kemerdekaan saat itu mulai bermunculan, Hal itu terjadi secara
tidak langsung adalah karena situasi global dunia yaitu adanya gerakan
liberalisme yang menggebu-gebu di Eropah dan pantulannya ke tanah air kita
berupa kebijakan politik etis. Walaupun gerakan liberalisme dan terasa, akan
tetapi pada akhirnya toh mampu melahirkan kelompok elit pribumi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar